Hembusan manampar seluruh hampa dalam khayalan. Kepingan harap mulai bertabur dalam tiap hembus sang angin.
Serupa dandelion; terbang tertiup bayu
Membawa secarik pesan untukmu
Tentang kita dan angin senja
Yang berbisik menggelitik diantara daun waru dan akasia
Kepakan daun-daun menjadi irama dimalam yang enggan menjadi pagi
Sebuah bayang tak kukenal merasuk dalam hati
Dia kah peri malam yang menampakkan diri pada temaram jiwa yang mulai sepi?
Aku mulai gusar
Mengartikan apa-apa yang aku rasa sebenarnya
Dia datang tanpa aba-aba
Serupa angin di gurun sahara
Angin … jika pun bayang yang kau selipkan pada khayalku hanyalah luka
Maka. biarkan dia bersemayam walau hanya sekedipan mata
Namun …
Jika itu nyata adanya
Maka biarkan rasaku meluruh bersama rasanya
Aku tak menampik
Karena aku inginkan dia
Peri bergincu merona dengan hiasan mahkota dirambut panjanganya
Kau … yang kukenal lewat angin
Dalam bahasa bisu menembus ruang yang lama berdebu
Bertahtala disini … dalam hati yang hampir lupa disapa rasa serupa
Dengarlah peri malam; ruang gulitaku kini telah terang dengan hadirmu. Kau membuatku gila; walau hanya angin senja menyapaku dengan lembutnya.
Tetaplah tinggal di sini, di dalam hati ini. Karena tentangmu sudah aku patri sejak hari ini.
Putra & Fitri Maret ’17
Tinggalkan komentar